Pada hakekatnya umat Islam mengakui secara lisan, tulisan, dan hati bahwa Allah telah menurunkan (Nazil) Al – Quran kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, dan tidak satupun yang berubah dan diubah, sesuai dan seturut dengan firman Allah dalam ayatnya;
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” ( QS 15:9)
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Quran). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.” ( QS 18:27)
“Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku” (QS 6:19)
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an).” (QS 18:1)
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:4)
Bahkan kaum kafir Quraishpun telah curiga bahwa Quran adalah kebohongan yang dibuat2 oleh Muhammad, namun Muhammad meyakinkan pengikutnya bahwa Quran itu benar dari Allah.
“Dan orang-orang kafir berkata: "Al Qur'an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kelaliman dan dusta yang besar. (QS 25:4)”
Dari beberapa artikel sebelumnya kita telah mengetahui bahwa Muhammad bukanlah seorang yang buta huruf. Dan ia banyak belajar mengenai agama dari Zayd bin Amr dan juga dari Waraqah, sepupu dari Khadijah, istri pertamanya. Zayd bin Amr dan Waraqah adalah seorang monotheisme, dan ia ingin mengubah cara beragama orang2 Mekah yang polytheisme (percaya banyak Tuhan) menjadi sama dengan mereka (percaya satu Tuhan). Bahkan Waraqah menterjemahkan kitab2 kedalam bahasa Arab, agar lebih mudah dimengerti oleh orang2 Arab.
Quran mengatakan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang belum memiliki kitab suci, berbeda dengan bangsa Yahudi yang telah memiliki kitab suci (Taurat dan Injil),
‘Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga..’ (QS 2:78)
Oleh karenanya Muhammad mempelajari kitab2 Yahudi dan Injil Ibrani (Injil Matius) dengan Waraqah. Kitab ini adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Arab oleh Waraqah, dimaksudkan agar orang Arab memiliki kitab sucinya sendiri;
‘Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).’ (QS 43:3)
Saat Muhammad tidak mengerti dan ragu tentang wahyu Allah yang akan ditulisnya, ia diperintahkan agar bertanya kepada Ahlul Kitab (Yahudi dan Nosrania).
‘Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,.’ (QS 16:43)
Dan salah satunya yang membaca kitab yang datang sebelumnya adalah Al Qiss Waraqah.
‘Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.’ (QS 21:7)
Istilah ‘Quran’ secara linguistik berarti ‘kuliah’ atau ‘komentar.’ Ekspresi ini adalah derivative substantive dari kata kerja Aramaic trilateral. Huruf ketiganya adalah konsonan lemah: Qro, neqro, qiryono. Ini bisa berarti kuliah (Qira’ah) atau pembacaan/pelafalan (tilawah) dari sebuah teks tertulis.
Kata ‘Quran’ digunakan 58 kali dengan kata pendahulu ‘al’ dan 12 kali tanpa kata pendahulu ‘al’. Juga, bahasa Arab menggunakan bentuk tidak definitif (indefinite form) untuk menunjukkan bahwa Quran, dalam bahasa arabnya, diungkapkan seperti yang ada dalam bahasa asalnya, seperti dalam pertanyaan retorik dibawah ini.
‘Apakah (Quran) dalam bahasa asing atau Arab? Katakan: ini petunjuk dan obat bagi mereka yang percaya.’ (QS 41:44)
‘Kami menurunkannya kedalam bahasa Arab, sehingga kau dapat mengertinya.’ (QS 12:2)
Orang2 yang mengerti bahasa Arab mengerti detil terjemahan ini.
‘Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,’ (QS 41:3)
Quran ditulis dalam bahasa Arab sehingga Muhammad bisa membacanya tanpa tergantung orang lain. Quran ditulis dalam bahasa Arab agar sang rasul, Muhammad dapat mengumumkan wahyunya di Mekah dan tempat2 sekitarnya. Jika Arab menerima buku dalam bahasa asing, mereka tidak akan mengerti pesan2 yang terkandung didalamnya. Mereka ingin terjemahan dalam bahasa mereka sendiri. ‘Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?".’ (QS 41:44) Di lain pihak, kalau orang asing menerimanya dalam bahasa Arab, mereka tidak dapat mempercayainya. ‘Dan kalau Al Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab,lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya..’ (QS 26:198-199)
‘Elaborasi / Penjelasan’ (Mufassal) memiliki 2 arti dalam Quran:
1) mufassal memberi kesan Arabisasi (Muarrab), terjemahan dari bahasa lain ke bahasa Arab, sehingga pendengar dan pembaca bisa mengerti isinya dan berlaku sesuai dengan prinsip2nya.
Muhammad setuju dengan orang2 Mekah untuk memiliki buku dalam bahasa Arab.
‘Kalau kami mengirimkan Quran dalam bahasa selain Arab, mereka akan mengatakan: mengapa ayat2nya dijelaskan secara mendetil (fusilat)’? (QS 41:44)
Disetujui pula bahwa buku asing yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab itu dilakukan oleh pakar bijak (khabir hakim) yang pandai menerjemahkan ayat2 dari buku asing kedalam bahasa Arab yang jelas.
‘Sebuah buku yang ayat2nya dijelaskan guna menciptakan sebuah Quran dalam bahasa Arab bagi orang2 untuk dimengerti.’(QS 41:3)
2) istilah ‘mufassal’ juga berarti ; secara mendetil atau di-elaborasi. Ini merupakan kunci akan pengaturan bab dan ayat buku tersebut serta terjemahan kitab2 suci sebelumnya, sesuai dengan fakta, keadaan dan peristiwa. Ini dilakukan agar pendengar mudah mengerti dan mempelajari Qur’an. ‘Kami menjelaskan secara detil ayat bagi orang yang mengerti.’ (QS 7:32, 9:11). ‘Ia yang mengirim buku ini kepadamu menjelaskan secara mendetil.’ (QS 6:114)
Lihat juga: QS 7:52, 6:126, 17:12.
Ayat2 ini menunjukkan bahwa Quran (Komentar) dalam bahasa Arab ini ‘membuang’ (tassarafa) kata2 dan teks Ibrani aslinya guna memberikan kata2 dan teks Arab yang mudah dimengerti. Lihat: QS 17:41, 17:89, 20:113,
Quran mengekspansi, meng-elaborasi dan menjelaskan secara detil ajaran dari kitab asing dengan mengingat situasi Arabia pada permulaan abad ke 7. ‘Lihatlah bagaimana kami menjelaskan tanda2 dalam berbagai lambang.’ (QS 6:46) Ini menyatakan sebagai otentik (saddaqa) eksistensi sebuah buku asli. Walaupun transmisi dari kitab lain menjadi Quran membawa modifikasi, pesan utama dan inti ajarannya tetap mengacu pada ajaran dalam kitab aslinya.
Muhammad sering menjelaskan otentisitas apa yang telah ditransmisi dari ‘buku yang ada dalam tangannya.’ Ia menegaskan bahwa Quran sebenarnya hanyalah otentifikasi (tassadiq) Kitab Ibrani. (QS 3:3)
Lihat ayat2:
‘Buku ini menegaskan kitab2 sebelumnya kedalam bahasa Arab.’(QS 46:12)
‘Ini sebuah buku yang kami turunkan, membawa rahmat dan menegaskan wahyu yang datang sebelumnya.’ (QS 6:92) Lihat juga QS 2:191, 35:31.
‘Ini bukan cerita yang diciptakan, tetapi penegasan atas Kitab2 yang diwahyukan sebelumnya.’ (QS 12:111)
Ya, Quran hanyalah transformasi dan modifikasi dari kitab2 yang telah ada sebelumnya, khususnya kitab Ibrani yang menjadi Injil bagi masyarakat Nosrania.
Setelah kita melihat untuk apa Quran itu ditulis, marilah kini kita mencermati siapakah yang berkata2 dalam Quran. Menurut Islam, Quran mengandung kata2 dari Tuhan. Quran haruslah dibaca seakan2 Tuhan mengucapkan sendiri kata2 di dalamnya. Point ini sangat penting, karena JIKA QURAN ADALAH PERKATAAN TUHAN, MAKA QURAN HARUSLAH SEMPURNA, TIDAK BOLEH ADA KESALAHAN SEDIKITPUN DIDALAMNYA. Namun, bukan ini kenyataannya.
Pertama-tama kita akan lihat beberapa ayat di Quran yang jelas-jelas merupakan kata-kata ucapan Muhammad, bukan Allah.
Sura AL FAATIHAH (QS 1:1-7):
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Kita tidak perlu menjadi seorang jenius untuk melihat bahwa kata2 ini jelas ditujukan kepada Tuhan, dalam bentuk sebuah doa. Kata2 itu adalah ucapan Muhammad yang memuji Tuhan dan meminta petunjuk Tuhan. Penterjemah Muslim seenaknya saja menambah kata “say” ( “katakanlah”: Indonesia, atau “Kul” : Arab) dalam Quran versi bahasa Inggris pada permulaan sura ini untuk menghapuskan masalah ini. Kata “say” didapatkan paling tidak 350 kali dalam Quran; dan jelas sekali kata ini ditambahkan untuk menghapuskan masalah yang memalukan ini. Jadi sekarang kita punya bukti langsung bahwa Quran dimulai dengan kata2 ucapan Muhammad sendiri.
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu). (QS 6:104)
Dalam ayat ini, jelas sekali yang mengatakan “..aku sekali-kali bukanlah pemelihara..” adalah Muhammad. Bahkan Dawood dalam terjemahannya menambahkan tulisan kaki bahwa “Aku” merujuk pada Muhammad.
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS 27:91)
Sekali lagi, yang berbicara jelas sekali adalah Muhammad sendiri, yang mencoba menghalalkan pembunuhan orang Mekah yang tidak berdosa, yang tidak mau mengikuti Tuhan nya Muhammad. Dawood dan Pickthall berdua menambahkan kata “say” dalam terjemahan mereka, yang tidak ada dalam versi bahasa Arab.
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, (QS 81:15)
Lagi-lagi di sini jelas jelas Muhammad yang bersumpah, dan bukan Tuhan yang bersumpah, dengan bintang-bintang.
Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila jadi purnama, sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). (QS 84:16-19)
Sekali lagi, itu Muhammad yang bersumpah dan bukan Tuhan. Dia bersumpah dalam nama Matahari dan Bulan, kedua-duanya dewa suci bangsa Arab sebelum Islam.
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. (QS 6:114)
Setiap orang waras bisa melihat bahwa itu bukan kata-kata Tuhan, tetapi kata-kata ucapan Muhammad sendiri. Dalam terjemahannya, Yusuf Ali menambah kata “say”, yang tidak ada dalam versi asli bahasa Arab, dan tidak menambah komentar atau catatan kaki.
Ayat2 diatas menunjukkan bahwa Quran bukanlah perkataan Allah, tapi perkataan Muhammad yang diserupakan sebagai perkataan Allah. Ada beberapa kisah yang menceritakan bagaimana Quran dituliskan;
Abdullah Ibn Sa’d Abi Sarh, adalah seorang mualaf yang menjadi pencatat Quran, namun kembali murtad dan meninggalkan Islam setelah mengetahui kebohongan Muhammad. Abi Sarh mengatakan, "Saya biasanya mengarahkan Rasulullah kemanapun saya mau”. Rasulullah mendiktekan kepada saya "Yang Maha Tinggi, Maha Bijaksana", dan saya hanya menuliskan "Maha Bijaksana" saja. Kemudian Rasulullah mengatakan, "Ya, itu semua sama saja". Dalam suatu keadaan tertentu, dia mengatakan, "Tuliskan begini dan begitu", tetapi saya hanya mencatatkan "Menulis" saja, dan Rasulullah berkata, "Tulis apapun yang kamu sukai."
Ketika Abi Sarh menulis perkataan Muhammad, "Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: 'Telah diwahyukan kepada saya', Ia tersadar bahwa itu hanya kebohongan belaka, tidak ada wahyu Allah kepada Muhammad, yang ada adalah perkataan Muhammad sendiri. Dan ia semakin yakin karena iapun dapat mengedit Quran sesuai keinginannya. Karena hal tersebut, ia murtad dan meninggalkan Islam.
Pada hari Muhammad menaklukkan Mekah, dia memerintahkan Abi Sarh untuk di bunuh, karena orang ini adalah salah satu yang mengetahui rahasia kebohongannya. Namun Abi Sarh bersembunyi dan meminta perlindungan Utsman. Dengan terpaksa Abi Sarh kemudian masuk Islam lagi demi keselamatan nyawanya. [Tabari, vol. viii, p.179]
Ayat2 yang ditulis Abi Sarh tersebut kini menjadi ayat 6:93;
Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah",… (QS 6:93)
Muhammad juga menantang para pembacanya untuk membuat sura yang serupa dengan Quran, jika mereka tidak percaya bahwa Quran ini adalah benar2 dari Tuhan;
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS 11:13)
Membuat kitab seperti Quran amatlah mudah, yang menjadi masalah adalah tidak ada kreteria yang jelas yang ditetapkan oleh Muhammad. Ingin bukti? Ada seseorang bernama“Mirza Ghulam Ahmad Qadiani“ yang mampu membuat kitab yang sama dengan Quran dan bahkan karena kesamaannya kitab tersebut dijadikan pedoman hidup bagi pengikut-pengikutnya.
Kitab yang dimaksud adalah kumpulan dari serpihan kitab2 yang dijadikan satu kitab utama yang bernama ROOHAINI KHAZAIN dan dipakai sebagai pedoman dan landasan keimanan pengikut Ahmadiah.
Roohaini Khazain saja sudah membuktikan bahwa membuat Quran adalah perkara yang gampang. Banyak orang yang tak mau meladeni tantangan Muhammad itu, karena hadiahnya sangatlah tidak menarik. Yaitu hukuman mati. Hal yang juga diikuti antek2 Muhammad dimasa kini, yang mengatakan AHMADIAH TUBUHNYA HALAL UNTUK DIBUNUH.
SEMUANYA ITU MENUNJUKKAN BAHWA QURAN BUKANLAH WAHYU DARI ALLAH, MELAINKAN HASIL PEMIKIRAN SEORANG MUHAMMAD. LALU DARIMANAKAH MUHAMMAD MENDAPATKAN INSPIRASI UNTUK AYAT2NYA TERSEBUT ?